Berdasarkan Kemenkes RI, vaksinasi merupakan proses didalam tubuh,dimana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin tidak hanya melindungi mereka yang divaksinasi tetapi juga dengan mengurangi penyebaran penyakit di antara penduduk (Kemenkes RI, 2021)
Vaksin virus corona disuntikkan jauh ke dalam otot dan dengan cepat diserap ke dalam darah dan akan merangsang sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi. Beberapa dari antibodi tersebut akan bersirkulasi ke mukosa hidung dan berjaga di sana. Namun, belum ada kejelasan terkait banyaknya antibodi yang dapat berpindah dan kecepatannya. Ini berarti, virus bisa bermunculan di hidung. Apabila antibodi gagal menghalangi virus yang menempel pada area hidung, virus bisa berpindah ke orang lain.
Amankah Seseorang dari Ancaman Virus Korona Jika Sudah Divaksin?
Menurut Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. DR Sri Rezeki S Hadinegoro dr SpA(K), tidak ada yang menjamin 100 persen bahwa seseorang yang divaksin COVID-19 tidak akan terinfeksi penyakit tersebut. Namun, apabila ada kasus di mana penerima vaksin terinfeksi virus korona, pemberian vaksin COVID-19 dapat menghindarkan pasien mengalami kesakitan yang parah dan meminimalkan risiko kematian.
Dikutip dari NY Times, seseorang yang telah divaksin bisa tetap membawa virus dan menyebarkannya ke orang lain. Orang tersebut pun berpotensi menyebarkan virus ke lingkungan di sekitarnya. Hal ini sangat berbahaya bagi orang-orang yang belum divaksin.
Menurut analis Medis CNN, Dr. Leana Wen, ada kemungkinan bahwa seseorang bisa mendapatkan vaksin tetapi masih bisa menjadi pembawa tanpa gejala. Virus dapat menempel di saluran hidung sehingga jika mereka berbicara, bernafas, bersin, atau batuk, mereka masih dapat menularkannya kepada orang lain.
Jika seseorang menjadi partisipan penerima vaksin, ingatlah bahwa hal ini tidak langsung akan membuat antibodi di dalam tubuh muncul dan meningkat drastis. “Paling tidak setelah 2 kali suntik, paling tidak 14 hari sampai 1 bulan itu baru maksimal antibodinya. Makanya di antara rentang itu, orang ini masih rentan, maka masker tidak boleh lepas, apalagi belum seluruhnya (menerima vaksin), ada yang menolak segala, itu yang kemudian jadi tidak aman begitu, maka di sini harus bersama-sama kita imunisasi,” Imbuh Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof Dr dr Iris Rengganis
Seseorang yang sudah divaksin masih mungkin mengidap COVID-19 jika tidak menerapkan protokol 3M setelah divaksin dalam rentang waktu kurang dari 14 hari. Tentu saja hal ini dapat memicu munculnya opini bahwa “divaksin menyebabkan orang terkena COVID-19”. Padahal, perilaku yang abai terhadap protokol kesehatan akibat merasa aman setelah divaksinlah yang menyebabkan hal tersebut. Penting untuk tetap memakai masker saat bertemu dengan orang yang tidak tinggal serumah dengan kita, rajin mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak minimal 1,5 meter dari orang lain, serta menghindari kerumunan.
Mari bersama-sama mengedukasi keluarga, teman-teman, dan orang-orang di sekitar kita untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Nah, jadi jangan langsung beranggapan dan tidak mematuhi protocol kesehatan saat sudah divaksin ya teman teman!
Penulis : Syabrina Adiguna (AB Team CIMSA FK UNRI)